KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang maha Kuasa, karena hanya dengan rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan tulisan ini.
Tulisan ini dibuat bertujuan untuk memperdalam dan memahamai wawasan saya tentang Sejarah Lokal, Sejarah Kota Singkawang Khususnya.
Sebagai spesifikasi bidang kajian Historiografi, telah diupayakan agar isi, pesan tulisan ini dapat memenuhi harapan pembaca. Namun sebagai manusia biasa saya menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari segala kekurangan dan kelemahan. Untuk itu saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak akan diterima dengan tangan terbuka dan senang hati.
Kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah ikut serta andil dalam mewarnai tulisan ini, tidak lupa disampaikan ucapaan terima kasih. Akhir kata semoga apa yang kita harapkan dapat terwujud.
Singkawang, Maret 2015
Penulis,
Muhammad Aan Wijaya, S.Pd.
Nip: 19871215 201402 1 002
Penulis,
Muhammad Aan Wijaya, S.Pd.
Nip: 19871215 201402 1 002
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
BAB II PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Masalah.................................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori.....................................................................................
B. Metode.................................................................................................
BAB III ISI
A. Singkawang yang Berawal dari Bagian Sebuah Kerajaan...................
B. Zaman Hindia Belanda dan Jepang......................................................
C. Kebangkitan Nasional di Singkawang .................................................
D. Singkawang Pada Zaman NKRI ...........................................................
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak kapan Singkawang sebagai sebuah desa atau sebuah kota dan penghunian tidak pernah ada penjelasan yang baku. Singkawang merupakan hunian yang terhitung baru, dalam pengertian ada semenjak jaman VOC atau sesudah itu dan masih merupakan tempat yang kurang di kenal.
Penamaan kota ini muncul dalam beberapa versi menurut bahasa, dalam versi Melayu dikatakan bahwa nama Singkawang diambil dari nama tanaman ‘Tengkawang’ yang terdapat diwilayah hutan tropis. Menurut versi bahasa Cina, Singkawang berasal dari kosa kata ‘San Kew Jong’ yang secara harfiah berarti Gunung Mulut Lautan, maksudnya suatu tempat yang terletak dikaki gunung menghadap ke laut.
Dari beberapa catatan sejarah Singkawang mulai dikenal oleh orang Eropa sejak tahun 1834 yang tercantum dalam buku tulisan George Windsor Earl berjudul “The Eastern Seas” yang menyebut nama kota ini dengan kata ‘SINKAWAN’. Pada masa itu Singkawang lebih dikenal sebagai daerah koloni Cina dimasa kongsi-kongsi penambang emas berkuasa dengan Monterado sebagai pusat kekuasaan para penambang tersebut (dalam tulisan sejarah tersebut nama seseorang bernama Kung She yang dipercaya memiliki pengaruh).
Dari beberapa catatan sejarah Singkawang mulai dikenal oleh orang Eropa sejak tahun 1834 yang tercantum dalam buku tulisan George Windsor Earl berjudul “The Eastern Seas” yang menyebut nama kota ini dengan kata ‘SINKAWAN’. Pada masa itu Singkawang lebih dikenal sebagai daerah koloni Cina dimasa kongsi-kongsi penambang emas berkuasa dengan Monterado sebagai pusat kekuasaan para penambang tersebut (dalam tulisan sejarah tersebut nama seseorang bernama Kung She yang dipercaya memiliki pengaruh).
Kota Singkawang semula merupakan bagian dan ibukota dari wilayah Kabupaten Sambas (UU. Nomor : 27 Tahun 1959) dengan status Kecamatan Singkawang, dan pada tahun 1981 Kota ini menjadi Kota Administratif Singkawang (PP Nomor 49 Tahun 1981), Singkawang menjadi ibukota Kabupaten Sambas untuk waktu yang cukup lama. Ketika kabupaten Sambas di mekarkan Singkawang menjadi bagian Kabupaten Bengkayang. Dengan Undang-undang nomor 12 tahun 2001 secara resmi kota Singkawang terbentuk.
Masyarakat Singkawang begitu heterogen sehingga tidaklah mengherankan jika Singkawang dikenal sebagai kota multi etnis. Dari berbagai etnis yang ada, maka budaya dan tradisi Etnis Tionghoa, Melayu dan Dayak begitu mewarnai kehidupan kota Singkawang.
Kota Singkawang juga dikenal sebagai Hongkongnya Indonesia atau kota seribu Vihara karena etnis Tionghoa mencapai 42 % dari jumlah penduduk kota Singkawang sehingga nuansa oriental begitu kental terasa. Demikian juga dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari antar mereka menggunakan bahasa Khek/Hakka sehingga tak heran jika berada di Singkawang sepertinya kita berada disalah satu sudut kota Hongkong. Dan Salah satu budaya masyakat Tionghoa adalah perayaan Cap Go Meh yang dirayakan setiap setiap hari ke 15 tahun baru Imlek yang begitu sensasional dengan nuansa magis karena adanya akulturasi dengan budaya masyarakat lokal.
Letak Geografis dan sejarahnya yang unik merupakan daya tarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara datang ke Singkawang untuk melihat keindahan alam maupun tradisi budaya masyarakatnya yang tidak terdapat didaerah lain di Indonesia.
B. Masalah
· Bagaimanakah Singkawang yang Berawal dari Bagian Sebuah Kerajaan?
· Bagaimanakah Singkawang pada Zaman Hindia Belanda dan Jepang?
· Bagaimanakah Kebangkitan Nasional di Singkawang?
· Bagaimanakah Singkawang pada Zaman Negara Kesatuan Republik Indonesia?
C. Tujuan
Kegiatan tentang penulisan Sejarah Kota Singkawang untuk merangkum segala hal yang berkaitan dengan Sejarah Kota Singkawang, sehingga kita bisa lebih mengenal tentang Kota Singkawang. Selain itu, usaha penulisan ini mempunyai tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Historiografi.
Hasil penulisan Sejarah Kota Singkawang juga dimaksudkan untuk kegiatan penulisan lainnya sebagai sumber dalam hal yang menyangkut sejarah Kota Singkawang. Selain itu tulisan ini juga berguna sebagai bahan untuk menambah ilmu pengetahuan pembaca tentang Sejarah Kota Singkawang.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
Sejarah pada dasarnya merupakan suatu peristiwa yang dialami oleh manusia secara individu maupun kelompok dengan meninggalkan suatu jejak baik fisik ( bangunan, buku – buku dan lain – lain ) yang dapat di lihat. Peristiwa sejarah hanya sekali terjadi dan tidak akan pernah terulang kembali, sehingga untuk memperoleh suatu gambaran yang utuh mengenai peristiwa tersebut, maka di butuhkan sumber – sumber baik berupa dokumen maupun sumber yang harus digali pada sejumlah tokoh yang masih hidup.
Berbicara mengenai sejarah lokal, Prof.Dr.R.Z.Leirissa mengatakan bahwa sejarah lokal adalah sejarah yang mempelajari semua atau hampir semua aspek dari kegiatan manusia, yang hidup dan terdapat dalam suatu lokalitas tertentu. Sejarah lokal merupakan gabungan dari berbagai tema yang ada dalam ilmu sejarah, seperti tema politik, ekonomi, social, geografi dan sebagainya. Dengan demikian cakupan sejarah lokal cukup luas, karena menyangkut kehidupan manusia pada lokasi tertentu.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang di gunakan dalam penulisan tentang Sejarah Kota Singkawang adalah :
a . Studi Kepustakaan, dengan cara mengumpulkan dan mempelajari buku – buku atau karya tulis yang berkaitan dengan penulisan sejarah.
b . Observasi, perlu dilakukan untuk mrngamati secara langsung segala hal yang berhubungan dengan obyek penelitian.
BAB III
ISI
A. Singkawang yang Berawal dari Bagian Sebuah Kerajaan
Nama Singkawang sebenarnya relatif baru muncul di akhir abad XIX. Singkawang merupakan bagian dari Kerajaan Sambas, namun kala itu hanyalah sebuah desa yang masih sepi, juga saat kedatangan VOC di pelabuhan sambas. Namun bagi kongsi Tionghoa ( penambang emas di montrado dan lumar ), nama singkawang menjadi penting karena memang memiliki potensi sebagai tempat transit penerimaan barang – barang seperti candu, kain – kain, gula dan sebagainya dari luar ke montrado dan lumar. Sebaliknya pengiriman serbuk emas hasil pertambangan Montrado pun melewati Singkawang yang pada saat itu menurut G.W.Earl dalam bukunya yang berjudul “ The Eastern Seas “ merupakan sebuah desa kecil yang diperintah Kung She ( Setingkat Kepala Kampung) dengan rumahnya yang di kelilingi pagar tinggi dan di depannya dipasang sebuah meriam yang mampu menembakkan peluru seberat 1 pound. Ketika Earl menulis kisah pejalanannya di tahun 1834.
Melihat hal tersebut, dapat diduga sementara bahwa Singkawang sebagai salah satu wilayah memang sudah ada namun belum begitu berarti. Karena sebagai bagian dari Kerajaan Sambas, namun pusat kekuasaanya dan pusat kegiatan belum sampai menjamah Singkawang. Hal ini di sebabkan oleh masih dominannya kuasa ekonomi di tangan kongsi – kongsi penambang emas Montrado. Ini diperjelas dengan seringkali timbulnya pemberontakan – pemberontakan kongsi – kongsi penambang emas tersebut. Di balik itu, kekuasaan raja – raja Sambas memang mampu mengatasi namun belum merasa perlu memanfaatkan Singkawang terutama pelabuhannya, karena pelabuhan Sambas sendiri memang cukup baik dan memenuhi syarat pada waktu itu.
Secara Nasional, penjajah Belanda ( Hindia Belanda ) sama dengan Negara induknya. Sejak tahun 1850, gagalnya politik cultuur stelsel, sekarang melaksanakan politik liberal yang pada dasarnya kaum liberal membiarkan kepada kekuatan pasar untuk masuk ke wilayah jajahannya, pemerintah hanya wajib memelihara ketertiban umum agar tercapai kehidupan ekonomi yang lancar.
Karena itulah ketika Sultan meminta bantuan untuk memberantas pemberontakan kongsi – kongsi pertambangan Thai kong, Sam Thu Khin, Mang Kit Theu, dan sebagainya, kepada Belanda dan untuk itu di kirim Overste Zorg. Sejak itu lah penjajah mulai lebih efektif memperhatikan tanah jajahannya di luar jawa, termasuk Kalimantan.
Pada awalnya Belanda memang kurang memperhatikan dan bahkan cendrung untuk tidak campur tangan dalam urusan daerah luar jawa. Namun setealh merekan menyadari bahwa suatu daerah – daerah di luar jawa dapat mengecam kedudukan dan hegemoni Belanda di kepulauan Indonesia. Kejadian yang sangat mengkhawatirkan Belanda misalnya kegiatan James Brooke seoarang petualang inggris yang mengangkat dirinya sebagai Raja Serawak. Hal ini tentu tidak mustahil dapat terjadi juga di bagian lain dari jajahannya, misalnya bagian dari Sambas dan Singkawang yang dibayangi secara ekonomis oleh kekuatan kongsi – kongsi pertambangan.
Karena itulah di akhir abad XIX Pemerintah Hindia Belanda mulai memperhatikan Singkawang yang semula dianggap sebagai hanya desa kecil saja. Pembangunan sarana dan prasarana untuk kepentingan sebuah kota mulai mendapat perhatiaan di samping pembentukan kelembagaan Pemerintah Hindia Belanda yang semua itu tentu untuk kepentingan perlindungan modal – modal Belanda yang di tanamkan di wilayah Singkawang. Kalau pada mulanya pelayaran di hampir semua wilayah perairan di Indonesia ini di kuasai oleh Inggris sesuai dengan semboyannya yang sangat terkenal yaitu Britain Rules The Wafes, maka denagn diberikan monopoli pelayaran kepada sebuah perusahaan Belanda yang bernama Konijnlijk Paketvaart Maatschaappij ( KPM ) pada tahun 1891 segera di bukalah jalur pelayaran pantai terutama yang berdekatan dengan Singapura yang ketika itu merupakan Poort (Gerbang) keluar masuk terusan Suez. Tidak ketinggalan di Singkawang dibangun pelabuhan lengkap dengan cabang ( agent ) KPM. Demikian juga pendukung modal asing (Belanda) yang lain diberikan kesempatan untuk beroprasi, yaitu perusahaan Distrik Algemene Nenderlands Indiesche Elecktriesche Maatschaappij atau yang lebih dikenal dengan ANIEM. Demikian juga dalam hal monopoli komoditi yang dapat dikumpulkan oleh pemerintah guna dijual ke luar negri, kalau di berbagai kota dan daerah penghasil padi di dirikan Nenderlands Handel Maatschaappij, maka di Singkawang, Belanda membentuk Borsunny Borneo Sumatra Maatschaappij, yang bertugas sebagai pengumpul hasil karet dari daerah ini.
Sebagai arena lalu lintas dan tranportasi, Belanda membangun jalan – jalan darat pada tahun 1912 di Singkawang, Pemangkat, Bengkayang yang di sebut dengan Pendareng.
Sesuai dengan tugas sebagai pengman modal Belanda, kerena hak monopoli maka Belanda mendatangkan tambahan Tentara KNILdari Luar Kalimantan dan mendirirkan tangsi serta tempat latihan tembak di Singkawang. Sejak itulah Singkawang yang pada mulanya hanya sebuah desa, daerah Hiterland Montrado kini semakin berkembang dan bertambah ramai penduduknya. Untuk memperkuat kedudukannya Belanda menempatkan Pamongpraja yang di bentuknya ( Binnenland Bestuur ) guna mendampingi pegawai – pegawai kerajaan, terutama di wilayah – wilayah yang agak jauh dari kerajaan termasuk Singkawang. Kota Singkawang nampaknya memang sengaja di jadikan bumper bagi meluasnya pengaruh ekonomi orang – orang Tionghoa dan sekaligus sebagai usaha dari Belanda untuk meluaskan kekuasaan modal monopolinya. Sebagai wilayah kewadanan di samping kewedanan Bengkayang dan pemangkat barangkali Singkawang yang di pandang paling favourable untuk hal ini.
B. Zaman Hindia Belanda dan Jepang
Perubahan sistem Pemerintahan Hindia Belanda mulai berubah sejak abad ke-20 ketika ditetapkan Decentralisatie Wet oleh Pemerintah Belanda. Dalam tahun 1922, dikeluarkan Bestuurshervormingsweet ( Ind. Std. 1922 No. 216) yakni Undang – Undang, tentang Reorganisasi Pemerintahan. Pemerintahan swapraja dengan korte verklaring ialah Zelfbestuursregelen Stb. 1938 No. 529 di berlalukan pula terhadap Pemerintahan Swapraja Sambas. Daerah swapraja adalah daerah yang dikuasai oleh para raja – raja yang telah mengakui kedaulatan Pemerintah Belanda.
Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda ada sebuah peraturan yang dimuat dalam staatsblad tahun 1938 nomor 352 yang dikeluarkan oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda yang mengatur bahwa Borneo ditetapkan sebagai wilayah administrative dengan ibu kota terletak di Banjarmasin. Wilayah administrative ini di bagi menjadi dua keresidenan Borneo, bagian Selatan dan Timur ( Residentie Zuider En Osterafdeling ) dengan ibu kota Banjarmasin, dan ( Residentie Westerafdeling Van Borneo ) Residensi Kalimantan bagian barat dengan ibu kota di Pontianak. Pada saat itulah Singkawang merupakan sebuah kewedanan di samping kewedanan Pemangkat dan Bengkayang. Seperti biasanya Pemerintah Hindia Belanda selalu berusaha untuk semakin mengecilkan peran dari kerajaan dengan cara pengangkatan pegawai – pegawai bangsa Belanda guna menekan kemajuan pegawai kerajaan umumnya dan pegawai – pegawai pribumi khususnya. Dari masa ke masa Singkawang dilihat dari kedudukannya di jaman Hindia Belanda dahulu memang tidak banyak berubah. Namun dilihat dari perkembangan sisi lain, ekonomi, social – budaya sangat mencolok bila dibandingkan dengan kota – kota lain yang seumur dengannya. Demikian juga di jaman pendudukan Jepang, status Singkawang tidak berubah karena memang pemerintah pendudukan Jepang tidak berubah. Jepang masih melanjutkan struktur pemerintahan Belanda. Hanya tentulah dalam hal sosial ekonomi masyarakat Singkawang sama dengan masyarakat daerah lain mengalami kesulitan – kesulitan di bidang ini.
C. Kebangkitan Nasional di Singkawang
Kesadaran masyarakat Kalimantan Barat untuk bangkit berjuang melalui organisasi politik, telah tumbuh sejak awal abad 20. Syarikat islam sudah mendapat tempat di hati rakyat, bahkan di Ngabang telah mempersiapkan syarikat islam sebagai organisasi perjuangan kemerdekaan. Namun Perkembangan Syarikat islam yang mendapatkan sambutan rakyat ini di khawatirkan akan menimbulkan pemberontakan, karena itu sebelum Syarikat islam bergerak, maka pemimpin – pemimpinnya di tangkap Belanda, dan tahun 1919 Syarikat islam menghentikan kegiatannya.
Pada tahun 1922 muncul kembali gerakan Syarikat islam dalam bentik syarikat rakyat yang di kembangkan di Singkawang oleh Gusti Sulung Lelanang, putra dari Pengeran Laksamana Kerajaan Landak. G.S.Lelanang pada mulanya adalah anggota Syarikat islam sejak 1914. Kegiatan menegakkan Syarikat Rakyat ini di bantu oleh kawan – kawan G.S.Lelanang yakni:
- Muhammad Hambal
- Achmad Mazuki
- Mohammad Sood
- Gusti Situt Mahmud
- Gusti Hamzah
- H. Rais A. Rahman
- Djaranding Abdurachman
- dan Gusti Djohan Idrus
Pengaruh Syarikat Rakyat yang dipimpin G.S.Lelanang di Kalimantan Barat terus berkembang. Syarikat Rakyat menjadikan kota Ngabang sebagai pusat kegiatannya. Namun pada tahun 1926 provokasi Imperialis Belanda berhasil mengalahkan perang bersenjata melawan umat islam di Banten, yang akhirnya berpengaruh pada pergerakan islam di seluruh Nusantara, termasuk di Singkawang. Belanda menangkap G.S.Lelanang dan delapan kawan – kawannya yang membantunya di Syarikat Rakyat, di Tambah satu orang lagi yaitu, M.Sohor. Kemudian mereka di buang ke Digul hingga tahun 1934, dan G.S.Lelanang kembali ke Kalimantan Barat pada tahun 1938.
Pada tahun 1932, lahirlah gerakan Muhammadiyah yang di pelopori dua orang guru Agama dari Sumatra Barat, yaitu Manaf ( ayahnya dr.Abdul Hadi ) dan Mohammad Akid. Muhammadiyah mendirikan cabang – cabangnya di wilayah Kalimantan Barat, termasuklah di Singkawang yang dipimpin oleh M. Taufik. Pada pemerintahan jepang di Kalimantan Barat, pernah di bentuk Nissinkai di bawah pimpinan Noto Sudjono. Nissinkai merupakan gabungan dari 13 perkumpulan yang sangat berpengaruh di kalangan rakyat. Namun pada bulan Oktober 1942 Minseibu membubarkan Nissinkai karena Nissinkai memaksa Jepang untuk mengakui mereka sebagai partai politik. Namun akhirnya Nissinkai berubah menjadi Pemuda Muhammadiyah. Sedikit sekali sumber yang membahas gerakan Muhammdiyah di Singkawang, sehingga pembahasan gerakan Muhammdiyah tidak terlalu spesifik.
Pada Desember 1935, pernah diadakan konfrensi seluruh Parindra di Singkawang. Beberapa tokoh parindra di Singkawang adalah :
- R. Sunarman ( Kepala Dinas Pertanian )
- Salaman Sastrolukito
- Siswojuwono
- dr.Ismail
- M. Hasni ( Pegawai KPM Singkawang )
- M. Zaini Noor
- Uray Bawadi ( Kepala Sekolah Pemangkat )
- H. Matosin
- M. Mursjid Idris ( Kemudian menjadi Anggota DPRGR / MPRS )
- Pak Ariani
- Ir.Sucitro
Pada tahun 1939, diadakan konfrensi Parindra se-Kalimantan Barat di Singkawang. Dalam konfrensi ini R. Mahmud Susilo Suwignyo diangkat menjadi ketua Parindra wilayah Kalimantan Barat dan dr.Ismail menjadi ketua wilayah Singkawang. Parindra adalah singkatan dari Partai Indonesia Raya. Parindra merupakan Partai yang didirikan oleh dokter Sutomo, bersama Husni Thamrin dan Wuryaningrat di Surakarta pada tahun 1935. Parindra merupakan gabungan dari PBI (Persatuan Bangsa Indonesia ) dengan Budi Utomo.
Pada masa pemerintahan Jepang kemudian dilaranglah perkumpulan – perkumpulan, dan para kaum terpelajar, keluarga raja – raja, pegawai negri pimpinan agama, dan penggerak pergerakan nasional dan pemuda dibunuh.
D. Singkawang pada Zaman Negara Kesatuan Republik Indonesia
Menteri Dalam Negri dengan Surat Keputusan Nomor: Pem/20/6/10 tanggal 8 September 1951 membagi wilayah Kalimantan Barat menjadi 6 wilayah kabupaten administrative yaitu :
- Kabupaten Sambas
- Kabupaten Pontianak
- Kabupaten Sanggau
- Kabupaten Sintang
- Kabupaten Kapuas Hulu
- Kota Administratif Pontianak
Kabupaten Sambas yang pernah beribukota di Singkawang memang pernah mengalami perpindahan ibu kota yaitu ke Sambas. Namun dilihat dari segi efisiensi pemerintahan dan transportasu serta strategisnya Kota Singkawang, maka ibu kota Kabupaten Sambas dikembalikan lagi ke Singkawang, sampai saat terjadinya pemekaran tahun 1999 dan keluarnya Undang – Undang Nomor : 10 tahun 1999, ibu kota Kabupaten Sambas pindah ke Sambas dan dengan demikian predikat Singkawang yang semula ibu kota Kabupaten Sambas dan sekaligus kota administratife, tinggal kota administratif saja.
Selama 50 tahunan sebagai ibu kota Kabupaten Sambas dengan diselingi kota admnistratif, Singkawang selalu mengalami pasang surut, ibarat grafik yang naik turun. Namun dari sekian tahun, ternyata Singkawang pernah dan selalu mengalami dan mendapatkan nilai positif, baik dari segi Ideology, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Juga dari segi Hukum, Pertahanan, dan Keamanan.
Beberapa catatan yang dapat ditemukan misalnya :
1. Pernah menjadi pos terdepan dalam melawan gerakan PGRS/Paraku.
2. Kehidupan masyarakat merupakan ladang persatuan dan kesatuan antaretnis, dengan selalu berusaha menghilangkan sekat – sekat perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat dan kepercayaan.
3. Menjadi kancah kehidupan yang harmonis antara partai – partai politik.
4. Kotif Singkawang meskipun ketika itu hanya terdiri dari 2 kecamatan, namun merupakan sumber PAD yang cukup signifikan.
5. Jumlah penduduk yang berada di bawah garis keturunan ( waktu sebelum krisis moneter ) relatif kecil.
6. Kebersamaan dalam kehidupan beragama nampak sangat baik.
7. Sejak tahun 1976 perkembangan pendidikan sangat pesat.
8. Di bidang seni budaya, Singkawang pernah mengalami masa jaya baik kualitatif maupun kuantitatif di tahun 80-an.
9. Pemahaman masyarakat di bidang hukum ( waktu itu ) cukup baik, bahkan pelaksanaan hukum adat dayak meskipun di dalam masyarakat perkotaan tetap ditaati bagi penganutnya di samping hukum positif yang ada.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejak kapan Singkawang sebagai sebuah desa atau sebuah kota dan penghunian tidak pernah ada penjelasan yang baku. Singkawang merupakan hunian yang terhitung baru, dalam pengertian ada semenjak jaman VOC atau sesudah itu dan masih merupakan tempat yang kurang di kenal.
Penamaan kota ini muncul dalam beberapa versi menurut bahasa, dalam versi Melayu dikatakan bahwa nama Singkawang diambil dari nama tanaman ‘Tengkawang’ yang terdapat diwilayah hutan tropis. Menurut versi bahasa Cina, Singkawang berasal dari kosa kata ‘San Kew Jong’ yang secara harfiah berarti Gunung Mulut Lautan, maksudnya suatu tempat yang terletak dikaki gunung menghadap ke laut.
Pada masa lalu Singkawang merupakan bagian dari Kerajaan Sambas namun pusat kekuasaannya dan pusat kegiatan belum sampai menjamah Singkawang, hal ini disebabkan masih dominannya kuasa ekonomi ditangan kongsi-kongsi Monterado. Sebaliknya kekuasaan raja-raja Sambas masih mampu mengatasi berbagai pemberontakan termasuk bantuan yang diberikan Kompeni Belanda dengan mengirimkan Overste Zorg, namun dengan berbagai kejadian itu Kerajaan Sambas merasa belum perlu memanfaatkan Singkawang terutama pelabuhannya karena Sambas sendiri memiliki pelabuhan yang cukup baik dan memenuhi syarat pada masa itu.
Banyak pergerakan nasional yang terjadi di singkawang, seperti di jadikannya Singkawang Cabang wilayah Partai Politik, namun pada masa pemerintahan Jepang terjadi kevakuman pergerakan, Karena jepang melarang perkumpulan dan membunuh kaum – kaum intelektual.
Seiring kekuasaan yang masih dipegang penuh oleh Kerajaan Sambas, Belanda juga mulai melirik daerah-daerah diluar Jawa termasuk Singkawang, maka pada tahun 1891 segera dibuka jalur pelayaran pantai terutama yagn berdekatan dengan Singapura yang ketika itu merupakan poort (gerbang) keluar masuknya kapal-kapal terutama setelah dibukanya teruzan Suez dan di Sinkawang dibangun pelabuhan lengkap dengan cabang (agent) KPM (Konijnlijk Peketvaart Maatschappij), demikian pula pendukung modal asing (Belanda) yang diberikan kesempatan beroperasi, yakni Perusahaan Listrik ANIEM (Algemene Nederlands Indiesche Elecktriesche Maatschaappij). Belanda juga membangun jalan-jalan darat ditahun 1912, meliputi jalur Pemangkat, Singkawang, Bengkayang yang dikenal dengan Pendareng.
Sebuah peraturan Pemerintah Hindia Belanda yang termuat dalam Staatsblad tahun 1938 nomor 352 yang dekeluarkan oleh Gubernur Jendral Hidia Belanda yang mengatur bahwa Borneo ditetapkan sebagai wilayah administratif dengan ibukota terletak di Banjarmasin. Wilayah administratif Borneo (Kalimantan) ini dibagi dalam dua keresidenan yaitu Kersidenan Borneo bagian Selatan dan Timur. Residensi Kalimantan bagian Barat dengan Ibukota Pontianak.
Selama 50 tahunan sebagai ibu kota Kabupaten Sambas dengan diselingi kota admnistratif, Singkawang selalu mengalami pasang surut, ibarat grafik yang naik turun. Namun dari sekian tahun, ternyata Singkawang pernah dan selalu mengalami dan mendapatkan nilai positif, baik dari segi Ideology, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Juga dari segi Hukum, Pertahanan, dan Keamanan.
B. Saran
Saran saya sebagai penulis kepada pembaca adalah agar pembaca dapat memahami dengan benar tentang sejarah Kota Singkawang, sehingga dapat berbagi ilmu kepada orang lain tentang sejarah Kota Singkawang dan turut serta membangun Kota Singkawang seperti para pejuang Pergerakan Nasional yang pernah berjuang di Singkawang.
DAFTAR PUSTAKA
Neni Puji Nur Rahmawati, S.si. & Wilis Maryanto, SH., Sejarah Kota Singkawang. Balai Kajian Sejarah, Pontianak. 2004.
Drs. G. Moedjanto, Indonesia Abad Ke-20, dari Kebangkitan Nasional Sampai Linggajati. Kanisius, Yogyakarta. 1988
Wiharyo, Kardiyat. Sejarah Indonesia Baru :, Pergerakan Nasional. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2007
Drs. Ansar Rahman, dkk. Kabupaten Sambas : Sejarah Kesultanan dan Pemerintahan Daerah. Dinas Pariwisata Pemda Kabupaten Sambas. 2001